Selasa, 10 Maret 2015

Kaos Palestina - Ronaldo

Semua orang cinta Palestina, tak terkecuali Ronaldo, Si Bintang Lapangan Hijau yang telah beberapa kali menyabet Ballon D' Or.

November 2012, saat Penjajah Israel membombardir Palestina, Ronaldo yang akrab disebut CR7 mendonasikan sebagian penghasilannya sebesar 1,5 juta euro (Rp. 18,97 miliar) untuk anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Ia pun melelang Golden Boot (sepatu emas) yang diraihnya setelah menjadi top skorer di Benua Biru Eropa dengan torehan 40 gol.

Ronaldo berjalan melewati pemain "Penjajah" Zionis Israel yang sudah mencopot jerseynya dengan harapan bisa bertukar dengan CR7, pada pertandingan sepak bola kualfikasi Piala Dunia Grup F antara Portugal dan Israel. Ia menolak bertukar Jersey
dengan pemain Israel. Alasannya? “Saya ini sekarang berada di bumi Palestina!” stopwar.org.uk.

EKSPRESIKAN CINTA ANDA UNTUK PALESTINA LEWAT KAOS PALESTINA
Kami menjual KAOS PALESTINA - RONALDO





  • Harga : Rp 85.000,- (sudah termasuk donasi untuk Palestina)
  • Tersedia ukuran: M, L, XL
  • Pilihan warna : Putih, Kuning, Hitam

BERMINAT? kontak Kami di:


085280889782 (Suparman)

Ronaldo saja cinta Palestina...!







Kamis, 27 November 2014

Prof. Dr. Muhammad Imarah: Palestina Permasalahan Sentral Umat Islam


Dr. Muhammad Imarah
Palestina Permasalahan Sentral Umat Islam ~ Islam telah menyatupadukan umatnya diatas lima pilar utama, yakni: akidah, syariah, peradaban, bangsa dan negeri Islam. Dengan Islam, semuanya berpadu menjadi satu tubuh, dimana jika salah satu anggotanya mengeluh sakit, maka seluruh tubuh merasakan dampaknya dengan tidak bisa tidur dan demam. Pada kondisi seperti ini seruan “Wahai umat Islam!” akan sangat mudah direspon oleh seluruh dunia Islam.

Di bawah panji liga Islam inilah, dalam rentang delapan puluh tahun, umat Islam mampu melakukan ekspansi besar. Lebih besar dari ekspansi yang pernah dilakukan Romawi dalam kurun delapan abad. Ekspansi pembebasan (yang dilakukan Islam – Penj) jelas berbeda dengan ekspansi pembantaian. Umat Islam telah mampu meluluhlantakan kekuatan paling bengis dan berbahaya yang dilakukan pasukan Salib yang mengobarkan perang Barat terhadap Islam dan pemeluknya sekitar dua abad lamanya (489-690 H/1291-1096). Pasukan Tatar yang sangat bengis pun berhasil dilumpuhkan. Bahkan, Islam memberi arah baru bagi kehidupan bangsa Tatar. Dikemudian hari mereka justru tampil menjadi kekuatan yang membela negeri-negeri Islam.

Dari berbagai ekspansi yang lahir dari persatuan umat ini, kaum muslimin tampil sebagai “Dunia Pertama” yang eksis di muka bumi selama lebih dari sepuluh abad lamanya. Saat dimana Barat justru masih tenggelam dalam gelimang kebodohan dan kegelapannya.

Ketika datang era kolonialisme eropa modern yang dimulai dengan jatuhnya Granada (897 H/1492 M) dan kemudian merongrong seluruh Dunia Islam, hingga jantungnya mulai terserang kampanye “Bonaparte” (1213 H/1798 M). Kawasan-kawasan Islam pun satu persatu mulai berjatuhan. Tahun 1342 H/1924 M Kekhilafahan Turki Utsmani pun tumbang. 

Palestina Permasalahan Sentral Umat Islam
Maka, praktek kolonialisme modern itu hampir merata diberbagai belahan Dunia Islam. Disaat itulah Barat mulai menggantikan liga Islam ini dengan jargon nasionalis-kebangsaan dalam konteks negara. Maka sejak itulah setiap negara hanya menyibukkan diri untuk membebaskan negerinya masing-masing dan tidak peduli dengan permasalahan-permasalahan negeri muslim lainnya.

Untuk melanggengkan perpecahan dan mengaborsi berbagai manuver kebangkitan yang menghadirkan kembali kesatupaduan umat Islam, maka penjajah pun mendirikan Entitas Zionis di Palestina. Entitas asing rasial ini mencabik-cabik keutuhan negeri Islam, mengancam segala proyek kebangkitan dan persatuan dunia Arab dan Islam.

Meski fanatisme buta kebangsaan dan nasionalisme itu telah menjangkit banyak intelektual Arab dan Islam yang cenderung kebarat-baratan dan dijadikan perangkat administratif, politik dan kebudayaan negara-negara modern. Namun, masyarakat Islam masih berpegang pada loyalitas tulus mereka terhadap persatuan liga Islam. Sungguh “Sentralitas” isu Palestina yang merupakan penjelmaan dari nasionalime Palestina (lokal), kebangsaan Arab (regional) dan akidah Islam ini telah menjadi ajang bagi ribat (siap-siaga) global umat di seluruh penjuru dunia Islam. Permasalahan Palestina telah menjadi kekuatan yang meledakkan empati dan simpati umat terhadap berbagai proyek “Zionis-Kolonialis” yang mendengki masjid al-Aqsha, al-Quds dan seluruh negeri Palestina yang telah Allah ikat dengan tempat mulia Masjid al-Haram di Makkah.

Dari sudut pandang ini, maka permasalahan Palestina telah menginspirasi kesiap-siagaan Islam secara global. Seperti halnya Islam telah menjadikan masjid al-Aqsha sebagai salah satu masjid yang sangat dianjurkan untuk dikunjungi. Maka, seluruh elemen umat lintas negara dan benua pun harus mencurahkan upaya dan keseriusan mereka untuk mengesampingkan “fanatisme nasional” yang membelenggu tangan mereka demi terwujudnya kemenanangan dalam permasalahan sentral ini.


Memahami Prahara Palestina
Buku "Memahami Prahara Palestina" ini telah sukses meringkas berbagai masalah mendasar tentang permasalahan Palestina, paling tidak dari dua sisi. Pertama, menyuguhkan fakta-fakta inti dan mendasar dari permasalahan Palestina. Kedua, menyuguhkan fakta-fakta mendasar ini dalam bingkai kesadaran politik, pemikiran dan kebudayaan yang istimewa. Karenanya lembaran-lembaran buku ini persis menyerupai “matan” yang harus diungkap, dipahami dan dimengerti oleh setiap muslim, bahkan oleh setiap insan yang menyuarakan kebenaran, keadilan dan berpandangan moderat.

Itulah misi yang diusung dalam buku ini. Misi yang bisa mengantarkan pemahaman bahwa permasalahan Palestina adalah permasalahan utama dan strategis dilihat dari sudut pandang apapun; nasional, regional, Islam dan bahkan ditinjau dari perspektif kemanusiaan secara global.

Kepada Allah kita berharap agar buku kecil "Memahami Prahara Palestina" ini menjadi buku yang bermanfaat bagi setiap pembacanya, menjadikannya sebagai timbangan kebaikan bagi setiap yang mengikuti dan menyebarluaskan hakikat-hakikat yang tercakup di dalamnya serta memberikan balasan kebaikan bagi penulisnya. Sungguh Allah sebaik-baik tempat meminta dan Dzat Paling Mulia yang mengabulkan permintaan.

Prof. Dr. Muhammad Imarah

http://bukupalestina.blogspot.com/p/blog-page_27.html